Singaraja, 16 Juli 2025 – Suasana berbeda terasa dalam perkuliahan Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran kelas B, Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha. Kali ini, kegiatan diisi oleh praktisi pendidikan yang juga merupakan guru sejarah di SMA Negeri 2 Kuta, I Putu Adi Sanjaya, S.Pd., M.Pd., yang hadir sebagai narasumber dalam program Praktisi Mengajar.

Berbekal pengalaman panjangnya sebagai pendidik di tingkat sekolah menengah atas, I Putu Adi Sanjaya tidak hanya membagikan pengetahuan tentang pemilihan metode, media, dan sumber belajar, namun juga secara khusus membahas tips dan trik menghadapi siswa dengan perilaku bermasalah dalam proses pembelajaran sejarah.
Dalam paparannya, ia menekankan bahwa kesuksesan pembelajaran tidak hanya bergantung pada materi dan strategi yang digunakan, tetapi juga pada kemampuan guru membangun relasi yang sehat, empatik, dan solutif dengan siswa.
“Siswa tidak selalu bisa langsung menerima pelajaran dengan baik. Ada banyak faktor di balik perilaku mereka di kelas. Sebagai guru, kita harus bisa menjadi pendengar, pemecah masalah, dan kadang juga menjadi sahabat,” ujar Sanjaya di hadapan para mahasiswa.
Beberapa pendekatan yang ia bagikan antara lain:
- Teknik komunikasi empatik untuk meredam konflik kecil di kelas.
- Pemetaan karakter siswa sejak awal tahun ajaran untuk menentukan pendekatan pengajaran yang tepat.
- Strategi pemberian peran aktif dalam pembelajaran bagi siswa yang cenderung pasif atau bermasalah agar mereka merasa dihargai.
- Pendekatan kolaboratif dengan guru BK dan orang tua siswa untuk penanganan kasus yang lebih kompleks.
Selain membahas sisi psikopedagogis, I Putu Adi Sanjaya juga tetap menekankan pentingnya pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan minat siswa, seperti video pendek sejarah, aplikasi pembelajaran berbasis kuis interaktif, hingga integrasi materi sejarah lokal sebagai sumber belajar yang dekat dengan kehidupan siswa.
Mahasiswa antusias mengikuti sesi yang sarat pengalaman nyata ini. Mereka aktif berdiskusi dan bertanya tentang bagaimana menghadapi kondisi siswa yang sulit dikendalikan, motivasi belajar rendah, hingga tekanan psikososial yang kerap memengaruhi proses pembelajaran.
Dosen pengampu mata kuliah menyampaikan apresiasi atas penyampaian yang komunikatif dan reflektif dari narasumber, serta menekankan pentingnya mahasiswa sebagai calon guru untuk mulai membekali diri tidak hanya dengan strategi mengajar, tetapi juga dengan keterampilan sosial-emosional.
“Kelas ini tidak hanya memberi wawasan teknis, tapi juga memberi pelajaran penting tentang bagaimana menjadi guru yang humanis dan mampu menciptakan iklim kelas yang sehat,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, Prodi Pendidikan Sejarah berkomitmen untuk terus menghadirkan ruang belajar yang terbuka antara dunia akademik dan dunia praktik, guna mencetak pendidik yang adaptif, reflektif, dan peka terhadap dinamika peserta didik masa kini.